SEJARAH SINGKAT PASAR MODAL INDONESIA

       Berbicara mengenai pasar modal, tidak lengkap rasanya jika kita tidak memulainya dengan mengetahui sejarah pasar modal itu sendiri, khususnya di Indonesia. Mengutip perkataan George Santayana, seorang filsuf Spanyol mengenai pentingnya bagi kita untuk mempelajari dan mengenali sejarah, "Mereka yang tidak mengenal masa lalunya, dikutuk untuk mengulanginya". Hal tersebut membuatku termotivasi untuk menuliskan sejarah singkat perkembangan pasar modal di Indonesia sebagai catatan pertamaku dalam blog ini .Dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1985 tentang pasar modal , definisi pasar modal adalah kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang terkait dengan efek. 

     Dalam pengertian yang luas, pasar modal merupakan pasar untuk berbagai instrumen keuangan yang bisa diperjualbelikan, baik saham, obligasi, reksadana, instrumen derivatif atau instrumen lainnya.  Mengutip dari situs resmi Bursa Efek Indonesia, pasar modal berperan penting dalam perekonomian suatu negara karena dua fungsi vital yang dijalankannya, yaitu pertama sebagai sarana pendanaan bagi perusahaan untuk mendapatkan dana dari masyarakat pemodal atau investor sehingga dana yang diperoleh tersebut dapat digunakan untuk menambah modal kerja, pengembangan bisnis, dan ekspansi usaha. Fungsi kedua adalah menjadi sarana bagi masyarakat untuk berinvestasi dan menempatkan dana yang dimilikinya pada berbagai macam instrumen keuangan yang telah tersedia di pasar modal tersebut.

(Source : Wikipedia.com)
  • PASAR MODAL DI ERA KOLONIAL DAN PERANG DUNIA II
            Cikal bakal pasar modal di Indonesia, khususnya pasar saham sudah ada sejak zaman kolonial Belanda pada tahun 1912 di kota Batavia (Jakarta). Pada saat itu, bursa batavia menjadi bursa tertua keempat setelah Bombay, Hongkong dan Tokyo.Dalam masa kolonial tersebut, pemerintah Belanda mulai membangun perkebunan secara besar-besaran di Indonesia dan  menjadikan pasar saham sebagai sarana bagi pemerintahan Belanda untuk meraup pendanaan dalam pembangunan tersebut dengan memperdagangkan saham perusahaan Belanda di Indonesia, terutama yang bergerak di bidang perkebunan, pertambangan, dan jasa. Perkembangan transaksi pasar modal di kota Batavia yang selanjutkan kita kenal dengan Bursa Efek Jakarta (BEJ)  begitu pesat sehingga menarik minat masyarakat dari kota lain sekaligus menjadi awal mula didirikannya bursa di kota surabaya yang kemudian diberi nama Bursa Efek Surabaya (BES) pada tanggal 11 Januari 1925 dan di kota Semarang pada tanggal 1 Agustus 1925.

Kejayaan pasar modal di masa kolonial Belanda mengalami pasang surut seiring ketidakpastian geo-politik pada masa itu akibat pecahnya perang dunia  kedua dan terjadinya great depression atau resesi ekonomi yang begitu buruk pada tahun 1929. Keadaan tersebut memaksa Bursa Efek Surabaya dan Bursa Efek Semarang tutup terlebih dahulu sebelum akhirnya disusul penutupan Bursa Efek Jakarta. Bursa Efek Jakarta kemudian dibuka kembali pada tahun 1952. Namun kondisi sosial, politik, dan ekonomi pada masa itu yang penuh dengan gejolak ditandai dengan tingginya inflasi pada akhir pemerintahan orde lama hingga mencapai 650% kembali memaksa tutup Bursa Efek Jakarta untuk kedua kalinya.

  • AWAL MULA IHSG DIPERKENALKAN
             Pembukaan Pasar Modal secara resmi baru dilakukan pada tahun 1977 oleh Presiden Soeharto sekaligus menandai pencatatan saham perdana PT Semen Cibinong Tbk. Namun hingga tahun 1977 pasar modal Indonesia belum berjalan maksimal, ditandai dengan jumlah transaksi dan jumlah investor yang masih sangat sedikit meski pemerintah memberikan berbagai fasilitas kepada perusahaan yang memanfaatkan dana dari bursa efek, karena pemerintah  yang pada saat itu tengah fokus pada nasionalisasi perusahaan Belanda dan terjadinya sengketa antara Belanda dengan Irian Barat, ditambah masalah birokrasi berupa peraturan terkait emisi saham dan obligasi yang begitu ketat serta adanya batasan fluktuasi perubahan harga saham. Pada tanggal 10 Agustus 1982, IHSG ditetapkan dengan nilai dasar 100 dengan jumlah saham tercatat sebanyak 13 saham pada masa itu. Kemudian pada tanggal 1 April 1983, IHSG (Indeks Harga Saham Gabungan) diperkenalkan sebagai indikator acuan pergerakan harga saham di Indonesia.

Dalam perkembangan selanjutnya, untuk memberikan stimulus dalam pasar modal nasional, pemerintah meluncurkan  kebijakan berupa program PAKDES 87 atau Paket Desember 1987 yang bertujuan memberikan kemudahan bagi para perusahaan untuk melaksanakan IPO atau penawaran perdana. Di tahun berikutnya, terbit kembali kebijakan PAKDES 88 yang dimaksudkan untuk memberi kemudahan bagi perusahaan dalam melakukan go public dan tujuan lainnya yang dapat memacu pertumbuhan pasar modal Indonesia. Kedua program kebijakan tersebut pada akhirnya mampu membangkitkan gairan pasar modal Indonesia dan menjadi sejarah baru dengan ditandai dibukanya kembali Bursa Efek Surabaya pada tahun 1989, kemudian banyak perusahaan BUMN dan perbankan yang mendaftarkan diri untuk melakukan penawaran perdana. Pada masa ini, terjadi pertumbuhan yang begitu pesat, baik dari jumlah perusahaan terdaftar maupun nilai transaksi saham itu sendiri yang beriringan dengan terdorongnya pertumbuhan ekonomi Indonesia.

 (source : kumparan.com)
  • MODERNISASI PASAR MODAL DENGAN JATS 
        Menyikapi pertumbuhan pasar modal dan geliat perekonomian Indonesia yang kian hari semakin mengalami kemajuan, maka pemerintah meresponnya dengan menerbitkan peraturan berupa Undang undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang pasar modal yang kemudian dilengkapi dengan peraturan organiknya, di antaranya Peraturan Pemerintah Nomor 45 tahun 1995 tentang penyelenggaraan kegiatan kegiatan di bidang pasar modal dan Peraturan Pemerintah Nomor 46 tahun 1995 tentang tata cara pemeriksaan di bidang pasar modal. Di tahun 1995 ini pula, modernisasi pasar modal dilakukan dengan mulai diberlakuannya sistem JATS (Jakarta Automatic Trading System), karena sebelumnya sistem transaksi pasar modal Indonesia masih dilakukan secara manual.

Masa kejayaan pasar modal Indonesia terjadi di sepanjang tahun 1990-an hingga puncaknya pada tahun 1997 IHSG berhasil mencapai rekornya ke level 750. Pada tahun 1998, krisis moneter melanda sebagian besar negara-negara asia dan diperparah dengan krisis multidimensi yang mencakup aspek sosial politik dan ekonomi yang terjadi di Indonesia yang ditandai dengan berbagai agenda reformasi besar-besaran.Akibatnya, IHSG akhirnya terpukul  hingga jatuh ke level 300 pada masa tersebut.

  • IHSG KEMBALI MENCETAK  REKOR TERTINGGINYA
         Seiring dengan perkembangan zaman dan teknologi serta tingginya mobilitas masyarakat Indonesia, maka pada tahun 2000 diterapkanlah sistem remote trading atau sistem perdagangan jarak jauh yang semakin memberi kemudahan bagi para investor untuk melakukan tranksasi jual beli saham di pasar modal dengan tidak lagi mendatangi langsung broker atau pialang saham. Sejarah baru pasar modal Indonesia kembali terjadi pada tahun 2007 dengan digabungkannya Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya yang selanjutnya kita kenal dengan nama Bursa Efek Indonesia (BEI). Di tahun 2009, modernisasi sistem kembali dilakukan dengan diluncurkannya sistem trading baru bernama JATS-Next G.

Sejak krisis yang menghantam Indonesia pada tahun 1998, butuh waktu lima tahun bagi  pasar modal Indonesia untuk melakukan recovery atau pemulihan hingga akhirnya membuahkan hasil berupa IHSG yang menembus level harga psikologisnya di angka 800 yang terjadi pada bulan September 2004. Seiring dengan pesatnya pembangunan di berbagai sektor ekonomi selama bertahun-tahun dan semakin melesatnya pertumbuhan ekonomi di Indonesia, membuat sejarah baru bagi IHSG kembali tercipta pada tanggal 19 Februari 2018 ketika IHSG mencatatkan poin tertingginya di angka 6.668,29, walaupun pada tahun 2008 Indonesia sempat dihantam dengan krisis keuangan global yang bermula terjadi di negara Amerika Serikat. Dengan berbagai fasilitas dan kemudahan peraturan yang ditawarkan pemerintah bagi perusahaan untuk mencatatkan diri di Bursa Efek Indonesia di masa sekarang membuat angka perusahaan terdaftar meningkat signifikan. Hingga artikel ini ditulis, sudah ada total sebanyak 690 perusahaan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia.

Jakarta, 28 April 2020 07:46 AM


Daftar Referensi :
  • Zulbiadi Latief. 2018. Perkembangan dan Sejarah Bursa Efek Indonesia (BEI) dari Tahun ke Tahun di https://analis.co.id/ (diakses 27 April 2020)
  • Edison Sutan Kayo. 2019. Sejarah Pasar Modal Indonesia di https://sahamok.com/ (diakses 27 April 2020)
  • www.idx.co.id (diakses 28 April 2020)










Komentar

Postingan Populer